Nyata Nyata Fakta – Sovereign Wealth Fund (SWF) terbaru milik Indonesia, Danantara, mulai menapakkan langkah berani ke panggung global. Dalam strategi investasi jangka panjangnya, perusahaan ini mengalokasikan 20 persen dari total dana kelolaannya untuk investasi luar negeri, sementara 80 persen sisanya difokuskan pada proyek strategis nasional.
Langkah ini bukan semata mengejar imbal hasil tinggi, tapi bagian dari strategi memperkuat posisi Indonesia di mata investor global. CEO Danantara Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, menjelaskan bahwa kehadiran dana investasi Indonesia di luar negeri akan memperluas konektivitas, memperdalam kolaborasi internasional, dan membuka akses ke peluang strategis lintas negara.
Saat ini, Danantara memiliki modal dasar sekitar USD 7 miliar. Namun kekuatan sesungguhnya terletak pada kemampuan leverage-nya, yang menurut Rosan dapat ditingkatkan hingga lima kali lipat. Artinya, potensi dana investasi bisa mencapai USD 35 miliar per tahun, atau sekitar USD 175 miliar dalam periode lima tahun ke depan.
Model leverage ini memungkinkan Danantara berperan aktif dalam pendanaan proyek-proyek infrastruktur, energi, hingga digitalisasi baik di dalam maupun luar negeri. Dengan pengelolaan yang terukur dan transparan, Danantara tidak hanya menjadi instrumen investasi, tetapi juga motor pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga : PT Trimegah Sekuritas: Pasar Keuangan Pulih Lebih Cepat
Dalam waktu dekat, Danantara dijadwalkan menandatangani beberapa perjanjian kerja sama strategis dengan mitra luar negeri. Negara-negara yang menjadi fokus awal antara lain Jepang, Tiongkok, Malaysia, dan Qatar. Kolaborasi ini bersifat mutualisme: Danantara membawa potensi aset dan jaringan domestik, sementara mitra asing menyediakan modal, teknologi, dan pengalaman lintas pasar.
Menurut Rosan, keterlibatan investor global juga menandakan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi dan iklim investasi Indonesia. Dengan kehadiran Danantara sebagai bagian dari ekosistem investasi, investor merasa lebih nyaman karena ada “skin in the game” dari pemerintah. Artinya, negara ikut menanamkan modal dan memfasilitasi perizinan serta kepastian hukum.
Lebih dari sekadar mengejar keuntungan finansial, Danantara memiliki misi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi riil. Investasi akan difokuskan pada sektor-sektor yang mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas nasional, serta memperkuat daya saing Indonesia di pasar internasional.
“Fokus kami tidak hanya return, tapi bagaimana dana ini mampu menghasilkan manfaat sosial yang berkelanjutan,” ujar Rosan. Ia menegaskan bahwa keberadaan Danantara tidak akan menggantikan peran BUMN, melainkan mengintegrasikan kekuatan aset BUMN dalam sebuah kendaraan investasi yang lebih adaptif dan agresif secara global.
Simak Juga : Harga Emas Naik Tinggi Usai Israel Gempur Fasilitas Nuklir Iran
Peluncuran Danantara pada 24 Februari 2025 menandai langkah besar Indonesia dalam mendesain ulang lanskap pengelolaan aset strategis. Dana ini mengonsolidasikan aset dari tujuh BUMN utama—antara lain Bank Mandiri, BRI, BNI, Telkom, PLN, Pertamina, dan Mind ID. Dengan sinergi tersebut, target aset kelolaan jangka panjang diperkirakan bisa menyentuh angka USD 900 miliar atau setara Rp 14.000 triliun.
Ini bukan sekadar akumulasi dana, tapi rekonstruksi cara negara mengelola kekayaannya. Dengan Danantara, Indonesia kini memiliki instrumen yang mampu bersaing di tingkat global tanpa mengorbankan kepentingan domestik.
Investasi luar negeri oleh Danantara adalah bagian dari diplomasi ekonomi modern. Alih-alih pasif menunggu investasi masuk, Indonesia kini aktif memposisikan diri sebagai investor global. Model ini diyakini akan mempercepat transfer pengetahuan, memperkuat akses pasar internasional, dan memberi ruang tumbuh bagi pelaku usaha lokal melalui ekosistem yang lebih terbuka.
Dengan langkah ini, Danantara bukan hanya sekadar pengelola dana, melainkan wajah baru dari ambisi Indonesia menjadi negara yang tidak hanya besar dari sisi sumber daya, tetapi juga cerdas dalam mengelola kekayaan strategisnya.