Nyata Nyata Fakta – Dalam pertemuan tahunan pemegang saham Berkshire Hathaway 2025, miliarder legendaris Warren Buffett tidak hanya mengumumkan rencana pengunduran dirinya dari posisi CEO, tetapi juga menyampaikan pandangan tajam mengenai arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Salah satu poin paling disorot dalam pidatonya adalah kritik terhadap kebijakan tarif mantan Presiden Donald Trump, yang menurutnya justru dapat membahayakan stabilitas ekonomi global dan nasional.
Pernyataan Warren Buffett ini menjadi sorotan karena muncul di tengah meningkatnya perdebatan tentang proteksionisme dan arah masa depan hubungan dagang internasional Amerika. Dengan bahasa yang lugas, ia menyatakan bahwa perdagangan seharusnya tidak dijadikan senjata dalam konflik politik atau ekonomi.
Kebijakan tarif tinggi yang pernah diberlakukan di era pemerintahan Trump bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dengan menekan barang-barang impor, terutama dari Tiongkok. Namun, Warren Buffett menilai pendekatan ini tidak hanya keliru, tetapi juga berisiko menciptakan ketegangan diplomatik dan gejolak pasar.
“Jika kita memperlakukan perdagangan sebagai alat tekanan atau ancaman, kita justru memperkecil potensi kemakmuran bersama yang seharusnya diperoleh melalui kolaborasi global,” ujar Buffett dalam forum yang dihadiri oleh ribuan investor dan pengamat ekonomi.
Menurutnya, keuntungan dari perdagangan bebas tidak hanya dirasakan oleh negara mitra, tetapi juga oleh konsumen dan bisnis dalam negeri Amerika. Tarif yang tinggi pada akhirnya akan meningkatkan biaya produksi, menekan daya beli masyarakat. Serta melemahkan posisi kompetitif perusahaan AS di pasar global.
“Baca Juga: Sarjana Menganggur dan Jadi Ojol, Fenomena Apa?”
Buffett menekankan bahwa kemakmuran dunia akan membawa manfaat langsung bagi Amerika Serikat, baik dalam aspek ekonomi maupun keamanan nasional. Dalam pandangannya, memperkuat kerja sama dagang justru akan menciptakan hubungan antarbangsa yang lebih stabil dan saling menguntungkan.
“Negara kita tidak bisa berkembang dalam isolasi. Ketika negara lain makmur, kita pun ikut merasakan manfaatnya baik dari ekspor, investasi, maupun stabilitas global,” tambahnya.
Ia mengingatkan bahwa Amerika Serikat, sejak lama, telah menjadi motor utama dalam sistem perdagangan multilateral yang mendukung pertumbuhan ekonomi global pasca Perang Dunia II. Mengubah arah kebijakan menjadi proteksionis hanya akan mengikis posisi strategis itu.
Selain pandangan mengenai perdagangan, Buffett juga resmi mengumumkan rencananya untuk mengundurkan diri sebagai CEO Berkshire Hathaway pada akhir 2025. Meski demikian, ia menegaskan bahwa dirinya akan tetap terlibat dalam kapasitas terbatas. Sementara Greg Abel, wakil ketua perusahaan, telah ditunjuk sebagai penerus.
Abel, yang selama ini menangani divisi non-asuransi Berkshire, dinilai Buffett sebagai figur yang “berintegritas tinggi dan sepenuhnya memahami filosofi bisnis jangka panjang yang telah dibangun.” Penunjukan ini sekaligus menjadi langkah strategis untuk memastikan kelangsungan nilai dan prinsip manajemen perusahaan setelah era Buffett berakhir.
Dengan pengunduran dirinya yang kian dekat, pernyataan Buffett soal perdagangan global dipandang sebagai bentuk pesan terakhir seorang maestro keuangan bukan hanya kepada pemegang saham. Tetapi juga kepada para pemimpin dunia dan generasi investor masa depan.
“Baca Juga: Bursa Efek Indonesia Siap Dibanjiri IPO: Perusahaan Beraset Jumbo Mendominasi Pipeline”
Alih-alih menutup artikel ini dengan kesimpulan umum. Penting untuk menyoroti bagaimana kritik Buffett ini mengangkat kembali urgensi perdebatan soal proteksionisme dalam konteks ekonomi global yang saling terhubung.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara mulai mempertimbangkan langkah-langkah perlindungan industri dalam negeri. Mulai dari tarif impor, pembatasan investasi asing, hingga hambatan non-tarif. Meski terdengar patriotik, kebijakan seperti ini kerap memicu respon balasan dari negara lain. Pada akhirnya menciptakan perang dagang dan ketidakpastian di pasar global.
Seperti yang diungkapkan Warren Buffett, ekonomi global saat ini sudah terlalu saling terkait untuk mengandalkan pendekatan isolasionis. Rantai pasok internasional, teknologi lintas batas, dan investasi lintas negara telah menjadi fondasi utama pertumbuhan modern. Menghambat proses ini sama saja dengan melawan arus sejarah ekonomi.