Nyata Nyata Fakta – Kabar mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk menjadi sorotan publik setelah viral di berbagai platform media. Informasi ini memunculkan kekhawatiran besar mengingat Gudang Garam adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang selama ini menyerap banyak tenaga kerja. Serikat buruh melalui Partai Buruh dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) segera merespons isu tersebut.
Said Iqbal selaku Presiden KSPI menyatakan bahwa pihaknya tengah meminta klarifikasi dari manajemen perusahaan terkait jumlah pekerja yang terdampak serta pemenuhan hak-hak karyawan. Menurutnya, PHK besar-besaran di industri padat karya seperti rokok dapat menimbulkan dampak luas, tidak hanya bagi pekerja, tetapi juga bagi ekosistem ekonomi di sekitarnya.
Serikat buruh menilai PHK massal ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi industri rokok yang sedang menghadapi tekanan berat. Salah satu indikatornya adalah turunnya daya beli masyarakat yang berimbas pada melemahnya penjualan rokok. Jika permintaan menurun, otomatis kapasitas produksi ikut disesuaikan, dan pekerja menjadi pihak pertama yang terkena dampaknya.
Selain itu, persoalan bahan baku juga menjadi sorotan. Gudang Garam dilaporkan sudah tidak lagi menyerap pasokan tembakau dari beberapa daerah penghasil, termasuk Temanggung. Kondisi ini bukan hanya mengurangi aktivitas produksi, tetapi juga menekan pendapatan petani tembakau lokal yang sebelumnya sangat bergantung pada perusahaan besar seperti Gudang Garam.
Baca Juga : Respons DPR RI atas Tuntutan 17+8: Enam Kebijakan Baru yang Wajib Diketahui Publik
Perbedaan data terkait jumlah PHK di tingkat nasional menambah panas isu ini. Dari catatan serikat buruh, jumlah pekerja yang di-PHK dalam empat bulan pertama tahun 2025 mencapai sekitar 70.000 orang. Rinciannya, 60.000 pekerja kehilangan pekerjaan pada Januari–Maret, dan angka itu meningkat lagi 10.000 pada bulan April.
Namun, Kementerian Ketenagakerjaan menyampaikan angka berbeda. Pemerintah mencatat jumlah pekerja yang terkena PHK dalam periode yang sama hanya sekitar 26.000 orang. Serikat buruh menganggap perbedaan data ini mencerminkan kurangnya transparansi sekaligus berpotensi mengurangi kepercayaan publik terhadap pemerintah. Menurut mereka, data yang tidak akurat justru akan menghambat solusi yang tepat.
PHK dalam skala besar, apalagi melibatkan perusahaan besar seperti Gudang Garam, diperkirakan akan menciptakan efek domino yang luas. Serikat buruh mengingatkan bahwa bukan hanya buruh pabrik yang terdampak, tetapi juga sektor lain yang terhubung langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok.
Beberapa dampak yang mungkin muncul adalah:
Dampak berantai ini memperlihatkan bahwa PHK bukan hanya urusan antara perusahaan dan pekerja, tetapi juga menyangkut stabilitas ekonomi di daerah sekitar.
Serikat buruh menegaskan bahwa isu PHK massal di industri rokok harus ditanggapi secara serius oleh pemerintah. Mereka meminta keterlibatan langsung pemerintah pusat maupun daerah untuk memastikan hak-hak buruh tetap dipenuhi, sekaligus menjaga keberlangsungan industri.
Salah satu poin yang disoroti adalah kebijakan cukai rokok yang dianggap terlalu membebani produsen. Menurut serikat, tarif cukai yang terus naik setiap tahun telah menekan industri rokok dalam negeri. Jika dibiarkan, bukan hanya pekerja yang dirugikan, tetapi juga pendapatan negara karena potensi penutupan pabrik semakin besar. Serikat pun mendesak adanya reformasi kebijakan cukai agar lebih berimbang, dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan masyarakat tanpa mematikan industri.
Simak Juga : Gaji & Tunjangan DPR RI Puluhan Juta, Netizen Langsung Bandingkan dengan Upah Minimum
Alih-alih menutup dengan kesimpulan, penting untuk melihat arah ke depan bagi industri rokok nasional. Isu PHK di Gudang Garam hanyalah salah satu potret dari persoalan yang lebih besar. Industri ini kini berada di persimpangan jalan: di satu sisi menghadapi tekanan regulasi dan menurunnya daya beli, namun di sisi lain masih menjadi penyumbang besar bagi lapangan kerja dan penerimaan negara.
Pertanyaannya, bagaimana pemerintah dan pelaku industri dapat menemukan titik temu agar keberlangsungan sektor ini terjaga tanpa mengabaikan isu kesehatan dan sosial? Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan masa depan jutaan pekerja, petani, dan pelaku usaha yang hidup dari rantai industri rokok di Indonesia.