Nyata Nyata Fakta – Candi Borobudur kembali menjadi titik temu spiritual umat Buddha dari berbagai penjuru dunia dalam momen puncak Perayaan Waisak 2025. Dibalut kesakralan dan nuansa kedamaian, perayaan tahun ini bukan sekadar upacara keagamaan. Melainkan juga simbol persatuan, harapan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal. Dari ribuan langkah yang menyusuri jalur kirab hingga pelepasan ribuan lampion di langit malam. Rangkaian perayaan Waisak menghadirkan pengalaman batin yang tak terlupakan.
Dengan berbagai elemen budaya, spiritual, dan sosial yang menyatu dalam satu peristiwa besar. Candi Borobudur tidak hanya berdiri sebagai mahakarya warisan dunia, tetapi juga sebagai jantung spiritualitas lintas generasi dan lintas negara. Perayaan Waisak 2025 menjadi bukti bagaimana tradisi kuno masih mampu menginspirasi harapan modern.
Rangkaian acara Waisak dimulai pada 4 Mei dan mencapai puncaknya pada 12 Mei 2025. Salah satu bagian paling sakral adalah prosesi kirab dari Candi Mendut menuju Borobudur. Sepanjang jalur tersebut, ribuan umat berjalan dalam keheningan, membawa Api Dharma dan Air Berkah dua elemen suci yang melambangkan pencerahan dan kesucian batin. Ini bukan sekadar ritual seremonial, melainkan perjalanan batin yang menggambarkan transformasi spiritual dari kegelapan menuju cahaya.
Detik-detik Waisak sendiri jatuh pada pukul 23.55 WIB, sebuah momen yang menandai tiga peristiwa agung dalam kehidupan Siddhartha Gautama: kelahiran, pencerahan, dan wafatnya. Usai perenungan bersama, umat melakukan pradaksina, yaitu berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan dan kontemplasi.
Simbolisme semakin kuat saat 2.569 lampion dilepaskan ke langit malam. Di tengah senyap dan lirih doa, cahaya lampion-lampion itu membelah kegelapan, menyampaikan harapan, perdamaian, dan energi positif ke seluruh penjuru dunia.
“Baca Juga: Ungkap Biaya Konklaf, Berapa Dana yang Dikeluarkan Vatikan?”
Momen Waisak 2025 juga dimeriahkan oleh kehadiran 34 Bhikkhu Thudong dari berbagai negara seperti Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Amerika Serikat. Mereka menempuh perjalanan darat sejauh lebih dari 2.600 km, berjalan kaki melintasi perbatasan dan cuaca ekstrem, untuk tiba di Borobudur tepat waktu. Kehadiran mereka bukan hanya menjadi daya tarik visual, tetapi juga menyuarakan semangat kesederhanaan, ketekunan, dan keyakinan tanpa batas.
Para bhikkhu ini menjadi simbol pengingat bahwa pencarian spiritual sejati menuntut ketekunan dan pengorbanan. Warga yang menyaksikan kedatangan mereka turut tersentuh dan menjadikan kehadiran para bhikkhu sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan yang lebih damai dan bermakna.
Waisak tahun ini juga membawa dampak nyata bagi perekonomian warga sekitar. Lebih dari 1.900 pelaku UMKM lokal turut serta dalam perayaan ini, mulai dari pedagang makanan tradisional, perajin suvenir, hingga penyedia jasa pemandu wisata. Masyarakat lokal ikut merasakan lonjakan kunjungan dan perputaran ekonomi yang signifikan.
Selain itu, lebih dari 1.000 tenaga kerja lokal dilibatkan dalam penyelenggaraan acara—dari logistik, keamanan, hingga relawan kebersihan. Perayaan Waisak bukan hanya tentang agama, tetapi juga momentum pemberdayaan sosial dan ekonomi bagi penduduk Magelang dan sekitarnya.
Pihak penyelenggara juga menyiapkan sistem tiket untuk menyaksikan pelepasan lampion. Tiket utama dijual seharga Rp850.000, sedangkan tiket area luar hanya Rp50.000. Meski ada biaya, antusiasme masyarakat tetap tinggi. Syarat berpakaian serba putih dan menjaga keheningan selama acara berhasil menjaga aura sakral sepanjang malam perayaan.
Suksesnya penyelenggaraan Waisak 2025 menegaskan posisi Candi Borobudur bukan hanya sebagai ikon pariwisata Indonesia, tetapi juga sebagai pusat spiritualitas dan diplomasi budaya dunia. Kehadiran umat dari berbagai bangsa, agama, dan latar belakang menjadi bukti bahwa perbedaan bisa menyatu dalam perenungan dan kedamaian.
Kolaborasi antara tokoh agama, pemerintah, pelaku pariwisata, dan masyarakat memperlihatkan bagaimana warisan budaya dapat dihidupkan bukan sekadar untuk dilestarikan, tetapi juga untuk menginspirasi dunia yang lebih damai. Momentum ini menjadi pijakan untuk mendorong Borobudur sebagai episentrum kegiatan spiritual internasional di masa mendatang.