Nyata Nyata Fakta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2025 hingga akhir Agustus, pasar modal Indonesia masih mengalami tekanan dari aksi jual investor asing. Data menunjukkan, total dana asing yang keluar (net sell) mencapai Rp 50,95 triliun. Angka ini menggambarkan masih tingginya ketidakpastian global yang berdampak pada minat investor luar negeri di Indonesia.
Namun, di balik tren pelepasan tersebut, ada kabar positif di bulan Agustus. Tercatat dana asing kembali masuk sebesar Rp 10,96 triliun. Masuknya dana di bulan tersebut dianggap menjadi sinyal bahwa pasar domestik masih memiliki daya tarik, terutama karena stabilitas ekonomi dan daya tahan investor lokal yang cukup baik dalam menjaga likuiditas pasar.
Aksi jual bersih dari investor asing memang sempat memberi tekanan pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski begitu, IHSG justru mampu mencatat kinerja positif di bulan Agustus. Indeks berhasil naik 4,63% month-to-date (mtd) dan 10,6% secara year-to-date (ytd).
Kapitalisasi pasar saham juga terus bertumbuh, mencapai Rp 14.182 triliun. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) meningkat menjadi Rp 14,32 triliun ytd, naik 11,42% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa meski dana asing keluar cukup besar, investor domestik mampu menopang aktivitas bursa sehingga pergerakan pasar tetap dinamis.
Baca Juga : Legislator RI Desak Perbaikan SOP Keamanan Pasca Tragedi Kematian Staf KBRI di Peru
Ada beberapa alasan utama yang membuat investor asing menarik dananya dari pasar modal Indonesia pada 2025:
Meski demikian, OJK menegaskan bahwa investor ritel dan institusi domestik masih cukup solid, terbukti dari tetap tingginya likuiditas perdagangan saham dan meningkatnya partisipasi di pasar modal.
Selain mencatat arus modal asing, OJK juga menyoroti perkembangan positif pada industri pengelolaan investasi. Aset kelolaan (Asset Under Management/AUM) tumbuh menjadi Rp 885,95 triliun per Agustus 2025. Pertumbuhan ini tercatat naik 3,42% dibanding bulan sebelumnya dan 5,80% secara tahunan.
Kenaikan tersebut menunjukkan adanya minat yang lebih besar terhadap produk reksa dana dan instrumen investasi berbasis pasar modal. Hal ini juga menjadi indikator bahwa pasar domestik memiliki daya dukung internal yang kuat. Sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada dana asing.
Walaupun arus keluar modal asing cukup besar, beberapa indikator menunjukkan perkembangan positif di pasar modal Indonesia:
Data tersebut menunjukkan bahwa meski dana asing fluktuatif, pasar modal Indonesia masih tetap atraktif, terutama dengan dukungan investor lokal dan inovasi instrumen investasi.
Simak Juga : BPOM Usulkan Tambahan Rp 2,6 Triliun, Demi Perkuat Program Makan Bergizi Gratis
OJK menegaskan bahwa tantangan terbesar ke depan adalah menjaga kepercayaan investor dan memperluas basis partisipasi domestik. Strategi yang akan didorong antara lain peningkatan literasi keuangan, perluasan akses pasar modal digital, serta penguatan tata kelola emiten agar lebih transparan.
Selain itu, OJK juga mendorong diversifikasi instrumen keuangan seperti green bonds dan efek berbasis teknologi agar semakin menarik minat generasi muda. Dengan basis investor domestik yang semakin kuat. Diharapkan pasar modal Indonesia bisa lebih tangguh menghadapi gejolak global dan tidak terlalu bergantung pada arus modal asing.