Nyata Nyata Fakta – Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan performa impresif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis, 22 Mei 2025. Dibuka menguat sebesar 67 poin atau setara 0,41 persen, rupiah bertengger di posisi Rp16.332 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya di Rp16.399. Penguatan ini tidak hanya menjadi angin segar bagi pasar valuta asing nasional, tetapi juga mencerminkan sejumlah faktor eksternal yang memengaruhi dinamika global.
Di tengah berbagai tekanan yang biasanya menghantui mata uang negara berkembang, penguatan Rupiah hari ini dianggap sebagai sinyal positif. Beberapa analis memandang bahwa ini merupakan hasil kombinasi dari faktor global seperti ketidakpastian ekonomi AS. Serta faktor domestik seperti kebijakan moneter yang akomodatif dari Bank Indonesia.
Salah satu penyebab utama penguatan rupiah hari ini adalah ketidakpastian arah perekonomian Amerika Serikat. Investor global tampak ragu untuk terus menaruh dana mereka dalam dolar AS menyusul proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi, tekanan fiskal, dan kemungkinan stagnasi pada sisi konsumsi. Ketidakpastian inilah yang membuat investor mencari aset alternatif yang dianggap lebih aman dan menjanjikan. Termasuk di pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Selain itu, spekulasi bahwa The Fed akan menahan suku bunga acuan atau bahkan mempertimbangkan pemangkasan di semester kedua tahun ini telah mengikis kekuatan dolar AS. Dalam kondisi seperti itu, rupiah yang sebelumnya sempat tertekan di atas Rp16.400 mulai mendapatkan kembali momentumnya.
Baca Juga : Pengemudi Ojol Gelar Aksi, Matikan Aplikasi Selama 24 Jam
Dari dalam negeri, sinyal positif juga datang dari Bank Indonesia yang diperkirakan akan mempertahankan sikap longgar terhadap kebijakan suku bunga. Setelah memangkas suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya. BI memberikan ruang lebih luas bagi rupiah untuk bergerak stabil tanpa kehilangan daya tarik di mata investor asing.
Dengan tingkat inflasi domestik yang masih dalam koridor target dan defisit transaksi berjalan yang relatif terjaga, bank sentral memiliki ruang cukup untuk mengedepankan stabilitas nilai tukar sebagai prioritas. Tak heran jika pelaku pasar melihat kebijakan ini sebagai sinyal keyakinan terhadap prospek ekonomi nasional.
Rupiah tidak bergerak sendiri. Penguatan hari ini juga didukung oleh tren serupa di kawasan Asia. Yen Jepang, yuan Tiongkok, dan won Korea Selatan turut menguat terhadap dolar AS. Sentimen positif di Asia memang tengah menguat seiring membaiknya data ekspor dan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama di sejumlah negara.
Aliran modal asing pun mulai kembali ke emerging markets Asia, termasuk Indonesia. Kombinasi antara yield obligasi pemerintah yang menarik dan prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil membuat investor menilai bahwa risiko di pasar domestik relatif rendah.
Dengan ekosistem regional yang positif, rupiah pun ikut terdorong sebagai salah satu mata uang yang memberikan potensi keuntungan jangka menengah.
Kurs jual dan beli rupiah terhadap dolar AS di sejumlah bank besar nasional hari ini menunjukkan angka yang kompetitif. Berikut beberapa di antaranya:
Variasi tipis ini menunjukkan bahwa perbankan tetap menjaga stabilitas di tengah volatilitas global. Peluang transaksi valas di sektor perbankan pun ikut meningkat, terutama di kalangan pelaku usaha ekspor-impor.
Penguatan rupiah tentu tidak hanya berdampak pada pasar keuangan. Di sektor riil, apresiasi nilai tukar memberi manfaat terutama bagi pelaku impor yang kini dapat menghemat biaya pengadaan barang dari luar negeri. Selain itu, harga barang-barang berbasis dolar seperti bahan bakar dan barang elektronik cenderung lebih stabil.
Namun, penguatan rupiah juga harus disikapi dengan hati-hati, terutama oleh pelaku ekspor. Nilai tukar yang terlalu kuat bisa menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi berkelanjutan antara pemerintah, BI, dan sektor swasta untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara stabilitas nilai tukar dan daya saing ekspor.