
Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar sempat menyampaikan pesan terakhir sebelum meninggal dunia pada Sabtu (8/11).
Nyata Nyata Fakta – Ketika Antasari Azhar berpulang pada Sabtu 8 November 2025, banyak pihak menyoroti pesan terakhir Antasari Azhar yang disampaikan kepada keluarga dekatnya. Pesan itu bukan sekadar pernyataan biasa; ia memberi gambaran tentang refleksi seorang tokoh publik yang pernah memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sekaligus menghadapi banyak kontroversi dalam hidupnya. Melalui pesan tersebut, kita bisa melihat sisi manusiawi, harapan, dan keinginan pendalaman makna hidup dari sosok yang dikenal sebagai pejuang antikorupsi. Dalam artikel ini, kita akan mengupas fakta-fakta penting di balik pesan terakhir Antasari Azhar — sekaligus menelusuri latar, kondisi terakhir, dan implikasinya bagi publik.
Antasari Azhar lahir di Pangkal Pinang pada 18 Maret 1953 dan menjabat sebagai Ketua KPK periode 2007-2009. Ia meninggal dunia pada usia 72 tahun di Tangerang Selatan pukul 10.57 WIB.
Menantunya, Ardiansyah, mengungkap bahwa Antasari sempat dirawat di rumah sakit dan kemudian diminta pulang. Dalam kondisi kritis, ia berpesan kepada keluarga bahwa ia ingin “meninggal di rumah”.
Fakta ini kemudian menyentuh banyak orang karena menggambarkan keinginan sederhana seorang tokoh besar: pulang, berkumpul dengan keluarga, dan berpulang dalam suasana rumah yang tenang.
Pesan terakhir Antasari Azhar berupa keinginan agar dirinya dapat kembali ke rumah dan menghembuskan napas terakhir di sana — bukan di ruang rumah sakit atau tempat lain. Menurut keterangan keluarga, setelah kondisi membaik ia diizinkan pulang, tetapi pagi hari kondisi memburuk dan pesan tersebut pun muncul.
Sebelum meninggal dunia, Antasari sempat menjalani perawatan karena tumor di hidung dan kondisi kesehatan yang memburuk. Penyakit ini menunjukkan sisi kemanusiaan yang sering tersembunyi di balik citra publik tokoh antikorupsi — bahwa pada akhirnya, semua manusia menghadapi kerentanan yang sama.
Setelah wafat, jenazah Antasari disemayamkan di rumah duka di Serpong Utara sebelum dimakamkan di pemakaman San Diego Hills, Karawang. Keluarga meminta publik mendoakan agar beliau mendapatkan tempat terbaik serta memohon maaf atas segala kesalahan almarhum sepanjang hidupnya.
Meninggalnya Antasari Azhar menimbulkan banyak tanggapan dari kalangan hukum, aktivis antikorupsi, dan publik umum yang mengenang jasa-jasa serta kontroversinya. Meski perjalanan hidupnya tidak bebas dari masalah, pesan akhir yang sederhana itu mengundang refleksi: bagaimana seorang tokoh memperlakukan akhir hidupnya.
Informasi Lainnya :
Baca artikel lainnya tentang tokoh antikorupsi di Indonesia di Tribunnews.com
Simak liputan utama tentang Antasari Azhar di situs CNN Indonesia
Pesan terakhir Antasari Azhar bukan sekadar kalimat terakhir seorang tokoh publik; melainkan cerminan perubahan perspektif dan pemahaman manusia di penghujung hayat.
Ia menunjukkan bahwa seorang pemimpin besar pun akhirnya merindukan suasana rumah dan kedamaian.
Pesan ini memperlihatkan bahwa kehidupan tidak hanya soal pencapaian atau jabatan, tetapi juga relasi, pengakuan, dan penutup yang bermartabat.
Bagi publik, pesan tersebut dapat menjadi pengingat bahwa manusia harus mempersiapkan diri bukan hanya soal karier, tetapi juga soal legacy kehidupan, persaudaraan, dan refleksi diri.
Keinginan Antasari untuk pulang ke rumah menegaskan bahwa keluarga adalah pondasi terakhir yang dicari manusia. Untuk kita semua, ini dapat menjadi pengingat agar kita menjaga relasi keluarga, menghormati orang tua dan anak, serta menata hidup agar pulang ke rumah bukan hanya secara fisik tetapi secara emosional.
Pesan terakhir itu sederhana namun tulus. Keinginannya hanya satu: berada di rumah, bersama keluarga tercinta.
Melalui pesan itu, kita diajak memahami makna hidup yang sejati. Hidup bukan tentang glamor atau popularitas, melainkan tentang keikhlasan, penghargaan, dan kedamaian hati.
Sebagai mantan Ketua KPK, Antasari punya karier yang penuh sorotan. Namun pesan terakhirnya justru sederhana dan menyentuh manusiawi. Ini mengingatkan bahwa warisan seseorang tak hanya soal jabatan atau peristiwa besar, melainkan bagaimana ia pulang dan dikenang oleh keluarga dan masyarakat.
Fakta pesan terakhir Antasari Azhar sebelum meninggal dunia mengingatkan kita bahwa siapa pun, sekaya atau setinggi apa pun statusnya, tetap manusia yang memiliki sisi rapuh dan penuh kerinduan. Warisan hidupnya akan selalu dikenang oleh banyak orang. Namun, mungkin pesan sederhana itu—keinginan untuk pulang ke rumah—menjadi warisan terbesar yang bisa kita pelajari.
Mari kita menghormati jasa beliau, mendoakan keluarga yang ditinggalkan, dan menata hidup dengan lebih bijak. Semoga ketika saat pulang itu tiba, kita juga bisa pulang dengan damai dan penuh makna.