Nyata Nyata Fakta – Bank Indonesia (BI) mengambil langkah tegas dalam kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan beberapa kali sejak pertengahan 2025. Langkah ini menjadi strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menjaga inflasi tetap sesuai target.
Dimulai pada Mei 2025, BI menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen. Kebijakan ini kemudian berlanjut pada Juli 2025, saat BI kembali memangkas 25 basis poin ke level 5,25 persen. Puncaknya, pada Agustus 2025, suku bunga acuan kembali dipangkas hingga mencapai 5,00 persen. Penurunan beruntun ini memperlihatkan keberanian BI dalam merespons situasi global yang penuh ketidakpastian namun tetap berlandaskan pada stabilitas domestik.
Gubernur Perry Warjiyo menegaskan bahwa setiap keputusan BI selalu didasarkan pada proyeksi inflasi dan kondisi makroekonomi nasional. BI melihat bahwa laju inflasi di tahun 2025–2026 berada dalam target 2,5% ±1%. Kondisi ini memberi keleluasaan bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Beberapa faktor yang membuat penurunan suku bunga menjadi langkah strategis antara lain:
Dengan alasan-alasan tersebut, BI menilai kebijakan akomodatif tetap relevan untuk memperkuat daya beli masyarakat sekaligus mendukung sektor riil.
Baca Juga : Whoosh Batalkan 8 Perjalanan Akibat Gempa Bekasi, Begini Mekanisme Refund Tiket
Kebijakan penurunan suku bunga tidak hanya berdampak pada sektor perbankan, tetapi juga berimbas luas ke perekonomian. Penurunan biaya pinjaman dapat memperbesar peluang investasi, meningkatkan konsumsi rumah tangga, dan mempercepat pemulihan kredit.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang mencapai 5,12% year-on-year menjadi bukti bahwa ruang pemulihan cukup kuat. Sektor investasi dan konsumsi domestik tercatat berkontribusi besar terhadap pencapaian ini. Dengan suku bunga yang lebih rendah, para pelaku usaha diharapkan semakin percaya diri memperluas kegiatan bisnisnya.
Meskipun kebijakan BI memberi angin segar, tantangan global tetap menjadi perhatian. Ketidakpastian pasar keuangan dunia, pergerakan harga komoditas, hingga arah kebijakan bank sentral negara maju bisa memengaruhi posisi Indonesia. Karena itu, BI terus menyeimbangkan antara kebutuhan mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Pasar sendiri memberikan respons positif terhadap langkah berani BI. Investor melihat sinyal kuat bahwa BI ingin menjaga momentum pertumbuhan. Namun, ada catatan penting: efektivitas kebijakan moneter akan bergantung pada seberapa cepat perbankan menurunkan suku bunga kredit sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat dan dunia usaha.
Simak Juga : Tersembunyi di Hutan Bengkulu! Keindahan Air Terjun Napal Carik Bikin Takjub
Ekonom memprediksi bahwa BI masih memiliki ruang untuk kembali memangkas suku bunga acuan. Jika inflasi tetap stabil dan rupiah mampu bertahan menghadapi tekanan eksternal, BI-Rate bisa saja mendekati 4,50 persen pada akhir 2025.
Beberapa hal yang dipantau untuk menentukan arah kebijakan ke depan meliputi:
Dengan memantau faktor-faktor ini, BI menjaga fleksibilitas kebijakan sehingga mampu merespons perubahan dengan cepat.
Alih-alih menutup dengan kesimpulan, penting menyoroti arti strategis dari kebijakan ini. Penurunan suku bunga tidak hanya soal angka, tetapi juga sinyal kepercayaan bahwa perekonomian Indonesia cukup kuat untuk terus tumbuh di tengah badai global.
Bagi dunia usaha, kebijakan ini berarti biaya modal lebih murah. Bagi masyarakat, ini membuka peluang memperoleh kredit dengan bunga lebih rendah. Dan bagi pemerintah, ini merupakan dukungan nyata untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Jika konsistensi terjaga, maka penurunan suku bunga bukan hanya solusi jangka pendek, melainkan fondasi penting dalam membangun ketahanan ekonomi Indonesia ke depan.