Nyata Nyata Fakta – Pemerintah Amerika Serikat akhirnya menyetujui rencana penjualan TikTok ke AS setelah perdebatan panjang soal keamanan data dan kedaulatan digital. Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memastikan bahwa kesepakatan divestasi ini memenuhi standar keamanan nasional. Nilai entitas baru TikTok di AS diperkirakan mencapai sekitar 14 miliar dolar AS.
Investor utama dalam konsorsium pembelian ini adalah Oracle, Silver Lake, serta MGX. Mereka akan menjadi tulang punggung finansial dan teknis bagi entitas TikTok Amerika. ByteDance sebagai induk perusahaan asal Tiongkok masih akan memiliki porsi saham, tetapi dalam jumlah kecil agar sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Dewan pengurus baru akan diisi tujuh kursi, enam di antaranya oleh warga AS dan hanya satu kursi untuk ByteDance.
Meskipun TikTok dijual ke AS, ByteDance tidak benar-benar kehilangan peran sepenuhnya. Struktur kesepakatan menyebutkan bahwa ByteDance akan tetap menjadi pemegang minoritas, dengan hak tertentu terkait aspek teknis seperti algoritma rekomendasi dan infrastruktur data. Artinya, meskipun kontrol formal dialihkan ke pihak AS, hubungan komersial dengan ByteDance tetap ada.
Kondisi ini menimbulkan perdebatan. Banyak pihak menilai bahwa penjualan ini bukan pemisahan penuh, melainkan pemisahan dengan pengawasan. ByteDance masih akan menerima keuntungan melalui lisensi algoritma serta akses terbatas dalam pengelolaan sistem. Hal ini membuat beberapa politisi AS menuntut pengawasan lebih ketat agar tidak terjadi intervensi di balik layar.
Baca Juga : Kasus Pembobolan Rekening Dormant Rp204 Miliar Terbongkar, Cek Faktanya!
Berikut beberapa perubahan dan implikasi penting dari proses TikTok dijual ke AS:
Perubahan-perubahan ini menandai bahwa penjualan TikTok bukan sekadar transaksi bisnis, melainkan transformasi besar yang melibatkan regulasi, keamanan, dan pengalaman pengguna.
Kesepakatan ini menuai respons beragam dari politisi AS. Sebagian mendukungnya sebagai langkah strategis untuk melindungi data pengguna, sementara yang lain menilai kesepakatan masih terlalu lunak karena ByteDance tetap memegang sebagian kendali teknis. Tekanan publik membuat Kongres berjanji mengadakan pengawasan penuh terhadap implementasi kesepakatan ini.
Kritik muncul karena dianggap kesepakatan hanya “setengah jalan”. Dengan masih adanya hubungan komersial dan teknis, ByteDance dinilai belum sepenuhnya melepaskan pengaruh. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kepentingan Tiongkok masih bisa masuk melalui celah teknis, terutama dalam hal algoritma rekomendasi yang menjadi inti dari aplikasi TikTok.
Simak Juga : Aksi Massa di New York: Ribuan Protes Pidato Netanyahu di PBB
Alih-alih menutup dengan kesimpulan, menarik untuk melihat arah baru setelah TikTok dijual ke AS. Langkah pertama adalah transisi operasional, termasuk migrasi data dan audit sistem. Investor baru harus membuktikan bahwa pemisahan dengan ByteDance benar-benar berjalan sesuai janji.
Tahap berikutnya adalah penyelesaian regulasi dan tenggat waktu penutupan transaksi. Jika proses ini berjalan lancar, TikTok di AS akan memiliki status hukum yang lebih kuat dan terhindar dari ancaman larangan. Namun, bila terjadi hambatan birokrasi atau keterlambatan, risiko gangguan layanan masih terbuka.
Langkah terakhir adalah menjaga kontinuitas aplikasi. TikTok harus tetap memberikan pengalaman yang stabil bagi pengguna dan menjaga ekosistem kreator agar tidak berpaling ke platform lain. Kesuksesan dalam menjaga kepercayaan publik akan menjadi ujian besar apakah TikTok US bisa benar-benar berdiri sebagai entitas independen sekaligus tetap kompetitif di pasar media sosial global.
Artikel tentang Penjualan TikTok ke AS ditulis ulang oleh : Lukman Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : bloombergtechnoz.com