Nyata Nyata Fakta – Pada awal September 2025, suasana di sekitar Gedung DPRD Jawa Barat memanas setelah ribuan mahasiswa menggelar aksi menolak sejumlah kebijakan pemerintah. Demonstrasi yang dimulai sejak sore hari berjalan cukup dinamis, namun mulai menegang menjelang malam. Ketenangan hanya berlangsung sebentar. Menjelang tengah malam, aparat keamanan yang melakukan patroli di sekitar kampus dilaporkan insiden penembakkan gas air mata ke area yang seharusnya netral. Asap gas pun menyebar hingga ke dalam halaman kampus Universitas Islam Bandung (Unisba). Hal ini memicu kepanikan di kalangan mahasiswa. Sejumlah peserta aksi yang sudah dalam kondisi lemah harus kembali mendapatkan pertolongan darurat.
Serangan gas air mata ke dalam kampus mengejutkan banyak pihak. Sebab, secara tradisi dan aturan tidak tertulis, kampus dipandang sebagai ruang aman yang seharusnya tidak dijadikan sasaran tindakan represif. Mahasiswa yang berada di area kampus berlarian sambil berteriak menandai identitas kampus mereka, berharap aparat menghentikan aksinya. Namun, gas tetap menghantam ruang kelas, koridor, bahkan masjid yang berada di kompleks kampus.
Situasi ini membuat posko medis kewalahan. Relawan yang semula fokus menangani korban luka demonstrasi kini harus merawat rekan-rekan mereka yang terpapar gas. Tiga petugas keamanan kampus pun ikut menjadi korban, mengalami sesak napas dan iritasi mata akibat paparan. Fakta bahwa pos medis ikut terkena serangan memperlihatkan betapa gentingnya kondisi malam itu.
Insiden tersebut menimbulkan korban yang tidak sedikit. Belasan mahasiswa pingsan, satpam kampus dan relawan medis turut menjadi korban. Mereka mengalami gangguan pernapasan, mual, hingga trauma psikologis. Dalam situasi normal, ambulans biasanya mudah masuk untuk mengevakuasi korban. Namun kali ini akses kendaraan medis disebut terhambat oleh barikade aparat di sekitar lokasi, sehingga menunda penanganan cepat bagi mahasiswa yang kritis.
Rekaman dari lapangan memperlihatkan mahasiswa saling membantu membawa rekan mereka ke tempat yang lebih aman. Tangisan dan teriakan panik mewarnai malam di lingkungan Unisba dan Unpas. Peristiwa ini kemudian memicu gelombang kritik luas dari masyarakat, akademisi, hingga organisasi hak asasi manusia yang menilai tindakan aparat sudah kelewat batas.
Berikut adalah beberapa fakta penting yang memperjelas jalannya insiden di Bandung malam itu:
Daftar poin di atas memperlihatkan bagaimana insiden ini bukan hanya soal keamanan, tetapi juga menyangkut hak mahasiswa dan fungsi kampus sebagai ruang akademik.
Peristiwa penembakan gas air mata di Unisba dan Unpas memunculkan kekhawatiran tentang masa depan kebebasan akademik di Indonesia. Mahasiswa merasa ruang aman mereka telah dilanggar, sementara pihak kampus menilai bahwa tindakan aparat bisa merusak citra kampus sebagai tempat pembelajaran. Akademisi menegaskan bahwa kekerasan tidak boleh masuk ke ranah pendidikan, karena kampus seharusnya menjadi pusat dialog, bukan target operasi.
Lebih jauh, peristiwa ini juga menjadi sorotan internasional. Beberapa lembaga HAM menilai penggunaan gas air mata di area pendidikan melanggar standar penanganan demonstrasi. Jika tidak segera ada evaluasi, dikhawatirkan tindakan serupa akan terulang di kemudian hari, menciptakan trauma berkepanjangan bagi generasi muda.
Simak Juga : Sehat Alami: Tren Pengobatan Alternatif Yang Semakin Diminati
Alih-alih menjadi penutup, peristiwa ini sebaiknya dijadikan refleksi untuk menegaskan kembali fungsi kampus. Ruang pendidikan harus dijaga sebagai tempat aman, tempat generasi muda membangun masa depan tanpa rasa takut. Aksi mahasiswa memang bagian dari dinamika demokrasi, namun penanganannya tidak boleh merusak hak dasar mereka.
Insiden gas air mata di Unisba dan Unpas mengingatkan bahwa dialog, komunikasi, dan perlindungan hak sipil lebih efektif daripada pendekatan represif. Kampus sebagai ruang intelektual harus tetap menjadi simbol kebebasan berpikir dan kemanusiaan bukan medan konflik yang melahirkan ketakutan.