Nyata Nyata Fakta – Gejolak geopolitik kembali menguji ketahanan pasar keuangan global. Kali ini, perhatian tertuju pada eskalasi Ketegangan Global di Timur Tengah, khususnya pasca-serangan udara Israel terhadap Iran. Dampaknya langsung terasa di berbagai instrumen investasi, termasuk kripto dan emas. Menariknya, alih-alih menjadi pelindung nilai, aset digital justru tergelincir, sementara emas dan dolar Amerika Serikat mencatatkan kenaikan signifikan.
Fenomena ini memperkuat pola yang sebelumnya sudah berulang: saat ketidakpastian global meningkat, investor cenderung keluar dari aset berisiko dan kembali ke zona aman. Lalu, bagaimana posisi Bitcoin di tengah turbulensi ini?
Sepanjang beberapa tahun terakhir, muncul narasi bahwa Bitcoin bisa menjadi “emas digital” aset penyimpan nilai yang tahan terhadap inflasi maupun krisis geopolitik. Namun, pada kenyataannya, harga Bitcoin justru cenderung melemah setiap kali situasi global memanas.
Menurut pengamat pasar Desmond Wira, karakter Bitcoin masih sangat spekulatif. Ketika ketegangan meningkat, investor global lebih memilih menjual aset kripto untuk menghindari volatilitas ekstrem. Hasilnya, harga kripto tertekan tidak hanya Bitcoin, tetapi juga altcoin besar lainnya seperti Ethereum dan Solana.
Data juga menunjukkan pola serupa: alih-alih menguat, kripto justru melemah bersamaan dengan meningkatnya harga emas dan indeks dolar. Ini membuktikan bahwa saat ini, kepercayaan terhadap kripto sebagai aset lindung nilai belum sepenuhnya terbentuk.
Baca Juga : Paham Materialisme: Antara Filosofi dan Gaya Hidup Modern
Di sisi lain, emas kembali menegaskan reputasinya sebagai “safe haven” yang terbukti andal. Dalam sepekan terakhir, harga emas mencetak level tertinggi baru, menandakan lonjakan permintaan dari investor global. Logikanya sederhana: ketika dunia tak pasti, emas selalu dicari karena nilainya cenderung stabil.
Selain itu, permintaan terhadap dolar AS juga meningkat. Sebagai mata uang cadangan dunia, dolar masih menjadi pilihan aman untuk menyimpan likuiditas. Kenaikan indeks dolar menunjukkan arus modal global yang kembali ke Amerika, mengurangi eksposur terhadap aset berisiko seperti saham dan kripto.
Kondisi ini membuat banyak investor ritel mulai mempertimbangkan ulang posisi kripto mereka setidaknya untuk jangka pendek. Dalam dunia yang diliputi ketegangan geopolitik, psikologi pasar kembali pada prinsip dasar: lindungi modal lebih dulu.
Meskipun teknologi blockchain dan kripto terus berkembang, ada beberapa alasan utama mengapa investor belum sepenuhnya menjadikan kripto sebagai aset pelindung nilai:
Simak Juga : Kemeriahan Jakarta Fair 2025: Pesta Belanja, Hiburan, dan Budaya Khas Ibukota Dimulai
Melihat tren saat ini, ada beberapa pendekatan yang bisa dipertimbangkan oleh investor ritel maupun institusi:
Di tengah ketidakpastian global, emas kembali bersinar. Kripto mungkin masih butuh waktu untuk membuktikan dirinya sebagai aset pelindung nilai. Namun, untuk investor yang cermat, justru di sinilah peluang strategis terbuka lebar.