Nyata Nyata Fakta – Pada tanggal 8 April 2025, pasar keuangan Indonesia dikejutkan oleh penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 9,19% hanya dalam satu sesi pembukaan. Penurunan drastis ini memicu aktivasi trading halt selama 30 menit oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), sebagai bentuk perlindungan terhadap volatilitas ekstrem yang bisa memperparah kepanikan di pasar.
Langkah ini mengingatkan pada periode krisis finansial terdahulu. Khususnya krisis Asia 1998 dan krisis global 2008, di mana indeks saham juga mengalami tekanan luar biasa dalam waktu singkat. Bagi banyak investor dan pelaku pasar, situasi ini menjadi alarm penting tentang kerentanan pasar Indonesia terhadap tekanan global, khususnya kebijakan dagang dan pergerakan modal asing.
Penurunan IHSG kali ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Salah satu faktor utama yang memicu tekanan pasar adalah pengumuman tarif impor baru dari Amerika Serikat, yang menetapkan bea masuk sebesar 32% terhadap berbagai produk asal Indonesia. Langkah ini dinilai sebagai tindakan proteksionis dari pemerintahan AS yang bisa merugikan daya saing ekspor Indonesia.
Akibatnya, kekhawatiran muncul di kalangan pelaku pasar bahwa ekspor nasional terutama sektor manufaktur, tekstil, dan agrikultur akan terkena imbas besar. Selain itu, investor asing mulai melakukan aksi jual karena memprediksi penurunan kinerja perusahaan-perusahaan ekspor di masa mendatang.
“Baca Juga: Tunda Pemblokiran TikTok, Trump Beri Waktu 75 Hari”
Tidak hanya saham yang terpukul, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami pelemahan signifikan. Pada hari yang sama, rupiah tercatat melemah sebesar 1,8%, dan menyentuh titik terendah baru di angka Rp16.850 per USD. Ini merupakan level terlemah sejak krisis moneter 1998.
Kondisi ini mempertegas bahwa kekhawatiran investor bukan hanya soal saham, tetapi juga menyangkut fundamental ekonomi makro Indonesia. Ketidakpastian kebijakan global langsung tercermin dalam volatilitas nilai tukar dan arus keluar dana asing dari pasar modal domestik.
Sebagai antisipasi terhadap potensi gejolak yang lebih dalam, BEI menerapkan sistem pengamanan yang dikenal dengan nama circuit breaker. Yaitu penghentian sementara aktivitas perdagangan saat indeks mencapai ambang penurunan tertentu:
Langkah ini diambil untuk memberi ruang bagi pelaku pasar untuk menilai kembali kondisi, meredakan kepanikan, dan menghindari aksi jual panik secara masif.
Penurunan IHSG yang signifikan seperti ini bukan pertama kali terjadi. Dalam krisis moneter 1998, indeks saham terjun bebas akibat kombinasi nilai tukar rupiah yang anjlok, tekanan utang luar negeri, dan ketidakstabilan politik.
Sementara pada krisis keuangan global 2008, IHSG mengalami pelemahan lebih dari 50% dalam setahun, seiring runtuhnya pasar keuangan dunia akibat krisis subprime mortgage di AS. Dalam kedua kasus tersebut, BEI juga sempat menghentikan perdagangan demi stabilisasi pasar.
Situasi 2025 ini memang tidak sepenuhnya identik, namun mekanisme kepanikan pasar dan dampak global yang menyebar cepat menunjukkan pola serupa yang perlu diwaspadai.
“Baca Juga: Harga iPhone 15 Series Turun Drastis Jelang Peluncuran iPhone 16 di Pasar Indonesia”
Di tengah gejolak seperti ini, investor perlu menahan diri dan berpikir rasional. Beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan antara lain:
Penurunan IHSG dan pelemahan rupiah pada 8 April 2025 merupakan peringatan penting bagi semua pelaku pasar. Baik institusi besar maupun investor ritel dimanapun. Dalam dunia investasi, volatilitas adalah bagian dari dinamika, namun yang paling penting adalah bagaimana kita meresponsnya dengan kepala dingin dan strategi jangka panjang.
Krisis dapat menciptakan tekanan besar, tapi juga membuka peluang bagi mereka yang bisa membaca arah pasar dengan jeli. Yang pasti, resiliensi pasar modal Indonesia akan sangat bergantung pada respons kebijakan fiskal, moneter, serta komunikasi yang kuat antara otoritas dan pelaku pasar.
Karena pada akhirnya, seperti yang pernah terjadi sebelumnya pasar saham indonesia akan pulih, dan mereka yang bertahan adalah mereka yang tetap tenang di tengah badai.